Langsung ke konten utama
Biology Aditif
Hollaaa!!!
Hey!Hari ini aku senggg banget!!!Why?Soalnyaa hari ini hari terakhir aku UKK!!Wuiihh..Langsung bebanku ilang semua dipundak. Wuehehe...tapiii niih...Kali ini aku mau nge-post buat materi Zat Aditif. Siapa tahu ada yang perlu...Ohehe..doain nilai UKK bagus yaa:)
ZAT
ADITIF
Pengertian
Zat Aditif
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau
penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar
mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi
yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang
selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan
tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang
lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu,
industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis).
Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan.
Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping
misalnya: gatal-gatal, dan kanker.
Aditif makanan
atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja
ke dalam makanan
dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa, tekstur,
flavor dan memperpanjang daya simpan.[1]
Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi
seperti protein, mineral
dan vitamin.[1]
Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu.[1]
Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami
dan buatan atau sintetis
Zat
aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin
dan asam sitrat;
2.
zat
aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami
yang sejenis, baik susunan kimia
maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Tujuan
Penambahan Zat Aditif
1. memperbaiki kualitas atau
gizi makanan;
membuat makanan tampak lebih
menarik;
meningkatkan cita rasa makanan;
dan
membuat makanan menjadi lebih
tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Macam-macam Zat Aditif
Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut
lebih menarik.
Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik:
Anato (orange) a. Biru berlian (biru)
Karamel (cokelat hitam) b. Coklat HT (coklat)
Beta karoten (kuning) c. Eritrosit (merah)
Klorofil (hijau) d. Hijau FCF (hijau)
Penyedap rasa dan aroma serta penguat
rasa
Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma (flavour)
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil
butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum)
Penguat rasa (flavour echancer)
Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah
MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin.
Zat pemanis buatan
Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin
(kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat
(kemanisannya 50x gula) dan serbitol.
Pengawet
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap,
acar ketimun dalam botol dan caos.
Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet
kalangan.
Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.
Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Contoh:
Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada
daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.
Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan
mentega.
Pengemulsi, pemantap, dan pengental
Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang
homogen pada makanan.
Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab
Pemutih dan pematang tepung
Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung
sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat
Pengatur keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium
bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium
bikarbonat
Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh:
aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja)
Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh:
aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada
buah kalangan)
Sekuestran
Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam
fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium
dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA
Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk
memperbaiki gizi makanan.
Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.
Jenis
Bahan
aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, diantaranya:
Penguat rasa
Pemanis
Zat
pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis.[1] Beberapa jenis pemanis
buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, sorbitol dan aspartam.[1] Pemanis buatan ini juga
dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat merupakan
zat yang bersifat karsinogen.[1]
Pengawet
Bahan
pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena
serangan bakteri, ragi, cendawan.[2] Reaksi-reaksi
kimia yang sering harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning)
dan reaksi enzimatis lainnya.[2] Pengawetan makanan sangat
menguntungkan produsen karena dapat menyimpan
kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba.[2] Contoh bahan pengawet
adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.[2]
Pewarna
Warna
dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.[2] Penggunaan
pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan berasal dari alam
seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.[2] Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih stabil dan tersedia
dari berbagai warna.[2] Zat warna sintetis mulai
digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna
buatan digunakan untuk industri makanan.[2] Salah satu contohnya
adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai
banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI
19140.[2] Selain tartrazin ada pula
pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (Merah), brilliant
blue FCF (biru).[2]
Pengental
Pengental
yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk
kekentalan tertentu.[2] Contoh pengental
adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).[2]
Pengemulsi
Pengemulsi
(emulsifier) adalah zat yang dapat
mempertahankan dispersi lemak dalam air dan
sebaliknya.[3] Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya.[3] Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.[3]
Lain-lain
Selain
itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti[3]:
antioksidan, seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi
toluena (BHT), tokoferol (vitamin E),
-
-
pengatur keasaman, seperti
aluminium amonium sulfat, kalium sulfat, natrium sulfat, asam laktat,
-
anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium
oksida.
Efek samping
Bahan
aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan
sesuai dosis, apalagi bahan aditif
buatan atau sintetis.[3] Penyakit yang
biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif
adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain.[3] Maka dari itu pemerintah mengatur penggunaan bahan
aditif makanan secara ketat dan juga melarang penggunaan bahan aditif makanan
tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah
juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang
aman dan murah.
Komentar
Posting Komentar